Seminar “Bidik Jurnalistik “
yang diselenggarakan pada 21 Januari
2016 di Gedung D462 Universitas Gunadarma dengan pembicara Beawiharta.
Membicarakan mengenai “Power
Of Photography”, yang merupakan kekuatan dari sebuah foto. Foto adalah bahasa.
Cara mengukur foto berhasil atau tidak adalah dengan cara kita dapat
menghidupkan momen dari foto yang kita ambil. Foto menyampaikan bahasa layaknya
bahasa verbal,foto juga memiliki 3 kriteria penyampaian yaitu pola SPO
(Subyek-Predikat-Obyek).Fotografi bisa dijadikan cerita tentang Manusia.
Pada zaman modern sekarang
sosial media erat kaitannya dengan photography, bahkan sebuah foto bisa hidup karena kekuatan sosial media
layaknya instagram. Lalu Bagaimana memilih foto yang terbaik ?
Cara memilih foto yang
terbaik menurut beliau ialah sebagai berikut :
1. Mengkomposisikan subjek
(rule of thirds).
Komposisi
merupakan hal dasar tentang bagaimana kita menempatkan subjek foto pada bidang
foto dibandingkan dengan elemen lain pada foto. Bagi sebagian pemula subjek
foto sering diposisikan pada bagian tengah foto. Sekarang coba sesuatu yang
berbeda dengan tidak meletakkannya ditengah. Langkah awal dengan membuat garis
imajiner yang membagi bidang foto menjadi tiga bagian kearah vertikal maupun
horisontal. Pada beberapa DSLR, anda tinggal aktifkan fasilitas grid, sehingga
akan muncul garis-garis pada viewfinder. Kemudian letakkan subjek foto anda
pada sepertiga bagian luar tersebut, bisa dimana saja asal jangan di bagian
tengah. Penempatan subjek foto dalam posisi ini akan menguatkan kesan dinamis
sebuah foto, cara ini lebih dikenal dengan istilah rule of thirds.
2. Posisi tinggi kamera
terhadap mata subjek (eye level).
Posisi
tinggi kamera terhadap subjek yang difoto yaitu bisa lebih tinggi, sejajar,
atau lebih rendah. Karena enggan kadang kita terus memotret subjek dalam posisi
setinggi kita berdiri. Sekarang coba anda yang harus mengikuti tinggi subjek
yang difoto. Jika memotret anak-anak coba ambil posisi jongkok sehingga kamera
setinggi pandangan mata (eye level) anak tersebut. Pada pemotretan bayi atau
jenis satwa tertentu barangkali anda perlu posisi yang bahkan lebih rendah
lagi, dengan tiarap ditanah misalnya. Teknik ini banyak membantu untuk
menghasilkan foto yang lebih baik pada pemotretan manusia, satwa, dsb.
3.
Sudut pengambilan gambar (angle of view).
Jangan
terpaku terus mengambil gambar dengan posisi setinggi kita berdiri. Cobalah
bereksperimen dengan mengambil sudut pengambilan gambar yang berbeda. Dari
sudut pengambilan gambar yang lebih rendah (low angle) ataupun dari sudut yang
lebih tinggi (high angle). Cari tempat yang memungkinkan anda dalam posisi yang
lebih tinggi atau rendah. Contohnya anda bisa berbaring di lantai untuk sudut
memotret yang lebih rendah atau menggunakan kursi dan tangga, untuk sudut
pemotretan yang lebih tinggi. Dengan variasi sudut pengambilan gambar, anda
mempunyai lebih banyak pilihan dan bisa menentukan foto yang terbaik
diantaranya.
4. Format
pengambilan gambar (vertical/ horizontal)
Jika
sebagian besar foto akan berhasil baik dengan format horisontal (landscape),
kenapa kemudian anda tidak mencoba memvariasikan dengan mengambil juga dalam
format vertikal (portrait). Hal ini akan memberikan keleluasaan untuk memilih
foto nantinya. Banyak hal yang baru akan terpikir ketika kita hendak menyeleksi
foto-foto hasil jepretan. Untuk momen yang hanya sekali, sangat sayang kalau
anda tidak mempunyai beberapa pilihan, jadi variasikanlah format pengambilan
gambar.
Akhir
dari acara seminar tersebut ditutup dengan hiburan dari sanggar Bantar Gerbang
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar